Tuesday, 23 February 2021

PENGERTIAN DAN STRATEGI DAKWAH RASULULLAH

1. Pengertian dan strategi berdakwah Rasulullah

a. Pengertian dan tujuan dakwah

Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari دَعَا ـ يَدْعُوْ yang berarti: memanggil, menyeru, atau mengajak. Sedangkan menurut istilah, dakwah berarti setiap usaha atau aktifitas maupun tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah, sesuai dengan garis-garis akidah, syariat, dana khlak Islamiyah.

Dakwah itu sendiri merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang dilakukan dengan berbagai cara, baik secarai individumaupun kelompok. Aktifitas dakwah tidak melulu berupa ceramah keagamaan akan tetapi bisa dengan perbuatan yang baik sesuai dengan syariat Islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada kita.

Setiap aktifitas atau usaha untuk mengajak manusia beriman dan mentaati Allah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah

b. Prinsip dan metode dakwah Rasulullah

Tugas pertama dan utama Rasulullah adalah menyeru kepada Allah, bahkan semua ajarannya adalah penjelasan uraian tentang dakwah. Rasulullah sebagai pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, menjadi saksi, sebagai cahaya dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah tentu dengan izin-Nya.

Sebagai seseorang yang diberi tugas oleh Allah sebagai penyeru kepada Agama-Nya, Rasulullah memiliki prinsip dan metode dalam berdakwah yaitu:

1) Lemah lembut

Dakwah yang merupakan tindakan persuasif untuk mengajak seseorang kepada kebaikan dan kebenaran, oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengarahkan seseorang agar mau bertindak dalam kerangka kebenaran dan kebaikan. Upaya ini didasarkan kepada sikap lemah lembut, lembut hati dan lembut budi. Rasulullah adalah pribadi yang lembut hati dan lembut budi.

Rasulullah sebagai pendakwah nomer satu telah memberikan contoh bagaimana seharusnya berdakwah. Jalan yang ditempuh Rasulullah adalah jalan kelemahlembutan dan bukan kekerasan. Dengan kelembutan hati dan budi inilah kemudian Rasulullah menuai keberhasilan dan kesuksesan besar dalam berdakwah

2) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap lapang dada dan membuka hati untuk menerima kekurangan dan kesalahan orang lain. Pemaaf juga merupakan sikap mengerti dan memahami akan hal-hal yang terjadi pada orang lain karena kesalahannya. Karena lapang dada, membuka hati, mengerti dan memahami kekurangan dan kesalahan orang lain maka seorang pendakwah akan dengan sabar dan tulus ikhlas memberikan maaf.

Rasulullah adalah pribadi mulia dan menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya. Maka contohlah Rasul, berilah maaf orang-orang yang ada di sekitarmu. Betapapun, Rasulullah adalah pribadai yang sangat disakiti dan dizalimi oleh orang-orang di sekiarnya. Dan bukankah pula Rasulullah memberikan maaf kepada mereka yang telah menzaliminya. Inilah yang selalu dilakukan Rasulullah dalam dakwahnya.

3) Bermusyawarah

Rasulullah telah memberikan contoh bahwa dalam berdakwah beliau tidak pernah meninggalkan musyawarah. Musyawarah merupakan jalan yang ditempuh Rasulullah bila hendak menyelesaikan masalah umat.

Maka para pendakwah harus berada di tengah-tengah umatnya untuk membicarakan banyak hal tentang urusan umat. Bermusyawarah adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan setiap persoalan, apalagi menyangkut kepentingan umat.

Dengan musyawarah maka akan didapatkan jalan keluar terbaik bila terdapat persoalan keumatan yang rumit. Setiap persoalan yang diselesaikan dengan musyawarah maka tidak akan kecewa di kemudian hari.

4) Adakalanya keras dan tegasa

Rasulullah sebagai pendakwah adakalanya di dalam mengajak atau menyeru kepada Agama Allah dengan cara yang keras dan benar-benar tegas. Seperti hadis nabi yang diriwayatkan oleh Jabir Ibnu 'Abdullah Radhiyallahu 'anhu berkata: "Adalah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila berkhotbah memerah kedua matanya, meninggi suaranya, dan mengeras amarahnya seakan-akan beliau seorang komandan tentara yang berkata: 'Musuh akan menyerangmu pagi-pagi dan petang'. (Hadits Shahih Riwayat Muslim).

Sumber: Buku Pendidikan Al-Qur'an dan Hadits SMA/SMK Muhammadiyah (Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah)


MEMAHAMI FI'IL MAZID

 فِعْلٌ مَزِيْدٌ

FI'IL MAZID

Fi'il Mazid berasal dari Fi'il Mujarrad yang mendapat tambahan huruf. 

Mujarrad berarti asalnya fi'il yang 3 huruf tanpa ada tambahan. Sedangkan Fi'il Mazid adalah fi'il yang mendapatkan tambahan huruf 

1) Fi'il Mazid dengan tambahan satu huruf. Terdiri dari beberapa wazan seperti:

a. أَفْعَلَ - يُفْعِلُ (huruf tambahannya: Hamzah di awal kata)


b. فَعَّلَ - يُفَعِّلُ (huruf tambahannya: huruf tengah yang digandakan/tasydid)


c. فَاعَلَ - يُفَاعِلُ (huruf tambahannya: Mad Alif setelah huruf pertama)


2. Fi'il Mazid dengan tambahan dua huruf. Terdiri dari beberapa wazan seperti:

a. اِنْفَعَلَ - يَنْفَعِلُ (huruf tambahannya: Alif dan Nun di awal kata).

b. اِفْتَعَلَ - يَفْتَعِلُ (huruf tambahannya: Alif di awal dan Ta di tengah)


c. اِفْعَلَّ - يَفْعَلُّ (huruf tambahannya: Alif di awal dan huruf ganda di akhir)


d. تَفَاعَلَ - يَتَفَاعَلُ (huruf tambahan: Ta di awal dan Mad Alif di tengah)


e. تَفَعَّلَ - يَتَفَعَّلُ (huruf tambahannya: Ta di awal dan huruf ganda di tengah)


3. Fi'il Mazid dengan tambahan tiga huruf. Wazan yang biasa ditemukan adalah:

اِسْتَفْعَلَ - يَسْتَفْعِلُ (huruf tambahannya: Alif, Sin dan Ta di awal kata).


Kalau sudah difahami, carilah contoh-contoh Fi'il Mazid dari al-Quran dan al-Hadits masing-masing 1 contoh dan masukkan ke dalam wazan-wazan yang sesuai serta carilah artinya masing-masing.

MEMAHAMI JUMLAH ISMIYYAH

Pengertian Jumlah Ismiyyah Dan Contohnya

Jumlah Ismiyyah dalam tulisan bahasa Arab = الجُمْلَةُ الإِسْمِيَّةُ

Pada pelajaran ini, kita akan mengetahui tentang:

1. Pengertian Jumlah Ismiyyah.

2. Contoh Jumlah Ismiyyah.

Pengertian Jumlah Ismiyyah

* al-jumlah ( الجُمْلَةُ ) artinya adalah kalimat.

* Jamak dari al-jumlah adalah الجُمَلُ (al-jumalu).

* al-jumlatul ismiyyah adalah Kalimat yang dimulai dengan isim (kata benda).

* Jumlah ismiyyah mempunyai subjek dan predikat, dimana subjek ini adalah kata benda.

* Subjek pada jumlah ismiyyah disebut mubtada' (مُبْتَدَأٌ)

* Predikat pada jumlah ismiyyah disebut khabar (خَبَرٌ).

* Biasanya mubtada' pada jumlah ismiyyah adalah marfu' (مَرْفُوْعٌ). Begitu pula khabar (jika tidak ada huruf yang membuat ia majrur).

* Biasanya mubtada' itu isim ma'rifah (مَعْرِفَةٌ).

* Biasanya khabar itu isim nakirah (نَكِرَةٌ)


Contoh Jumlah Ismiyyah

Dari kaidah-kaidah yang ada di atas, maka kita akan memahami contoh-contoh jumlah ismiyyah di bawah ini:

1. هَذَا قَلَمٌ = hadzaa qalamun (artinya = ini pena).

* Hadza adalah isim isyarah (kata tunjuk) untuk mudzakkar dan jarak dekat.

* Hadza adalah sebagai mubtada'

* Karena dimulai dengan isim (kata benda), maka kalimat ini dinamakan jumlah ismiyyah.

* Qalamun adalah isim yang marfu'.

* Qalamun dalam kalimat ini adalah sebagai khabar.

* Qalamun adalah isim nakirah.

2. الكُرْسِيُّ مَكْسُوْرٌ = al-kursiyyu maksuurun (artinya = kursi itu patah/rusak)

* al-kursiyyu adalah isim.

* al-kursiyyu adalah isim yang marfu'

* al-kursiyyu dalam kalimat ini adalah sebagai mubtada' (subjek).

* al-kursiyyu adalah isim ma'rifah (karena ada partikel al - ال).

* maksuurun adalah kata sifat, di dalam bahasa Arab kata sifat termasuk isim atau kata benda.

Melihat penjelasan sebelumnya maka: 

* maksuurun adalah isim yang marfu'.

* maksuurun dalam kalimat ini adalah sebagai khabar (predikat).

* maksuurun adalah isim nakirah (tidak ada partikel al didepannya)

3. المُدَرِّسُ وَاقِفٌ = al-mudarrisu waaqifun (artinya = guru itu berdiri)

* al-mudarrisu adalah isim yang marfu', ma'rifah, dan sebagai mubtada'.

* waaqifun adalah isim yang marfu', nakirah, dan sebagai khabar.

Lihat keterangan lengkap contoh jumlah ismiyyah pada gambar di bawah:

mubtada dan khabar pada jumlah ismiyyah

jumlah ismiyyah mubtada dan khabar nya marfu'


Jumlah ismiyyah dengan syibhul jumlah

* Syibhul jumlah (شِبْهُ الجُمْلَة ) adalah frasa. Ia adalah suatu frasa yang terdiri dari beberapa kata sehingga ia menyerupai kalimat.

Contoh syibhul jumlah adalah frasa jar wa majrur (huruf jar dan isim majrur).

* Jumlah ismiyyah juga dapat terdiri dari mubtada dan khabar yang syibhul jumlah.

Contoh jumlah ismiyyah dengan syibhul jumlah:

- أَحْمَدُ فِي المَسْجِدَ = Ahmadu fii al-masjidi = Ahmad ada di masjid.

a. Dalam kalimat ini, Ahmad adalah sebagai mubtada'

b. fil masjidi adalah sebagai khabar.

c. fil masjidi dinamakan frasa (jar wa majrur) atau dinamakan pula syibhul jumlah.

- هُوَ عَلَى المَكْتَبِ = huwa 'alal maktabi = Dia ada di atas meja.

a. Dia disini adalah kata pengganti benda mudzakkar dan tunggal (dhamir).

b. Huwa adalah sebagai mubtada'

c. 'alal maktabi adalah khabar.

d. 'alal maktabi adalah jar wa majrur atau dapat dikatakan syibhul jumlah.

Jumlah ismiyyah dengan mudhaf-mudhaf ilaihi

* Jumlah ismiyyah dapat pula dibentuk oleh mudhaf dan mudhaf ilaihi.

Contoh kalimatnya:

- مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ = Muhammadun rasuulullahi = Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah rasul Allah.

a. Muhammad adalah sebagai mubtada'.

b. Rasuulu = mudhaaf.

c. Allahi dalam kalimat ini sebagai mudhaaf ilaihi.

d. Rasuulullahi adalah sebagai khabar.

e. Jadi dalam kalimat ini mudhaf-mudhaf ilaihi adalah sebagai khabar.

- قَلَمُ مُحَمَّدٍ مَكْسُوْرٌ = qalamu Muhammadin maksuurun = Pena milik Muhammad patah.

a. Qalamu dalam kalimat ini adalah sebagai mudhaaf.

b. Muhammadin adalah sebagai mudhaaf ilaihi.

c. Qalamu Muhammadin sebagai satu kesatuan adalah sebagai mubtada'

d. Maksuurun adalah sebagai khabar.

Jumlah ismiyyah dengan na'tun dan man'uut

- المَصْفُوْرُ طَائِرٌ صَغِيْرٌ = al-mashfuuru thaairun shagiirun = burung pipit adalah burung yang kecil.

Pada kalimat ini:

a. Mubtada' adalah al-mashfuuru.

b. Khabar adalah thaairun.

c. Thaairun adalah man'ut (yang disifati).

d. Shagiirun adalah na'tun (kata sifat/sifatnya)


Mubtada' dan khabar harus sama jenisnya

* Jika mubtada' mudzakkar, khabarnya juga harus mudzakkar.

* Jika mubtada' muannats, khabarnya juga harus muannats.

Contoh:

الكِتَابُ جَدِيْدٌ = alkitaabu jadiidun = kitab itu baru.

Pada kalimat ini:

- Mubtada' nya adalah kitaab, dan kitaab adalah mudzakkar.

- Khabarnya adalah jadiid, dan jadiid adalah mudzakkar.

الحَقِيْبَةُ جَدِيْدَةٌ = alhaqiibatu jadiidatun = tas itu baru.

- Mubtada = alhaqiibatu, dan al-haqiibatu adalah muannats.

- khabarnya jadiidatun, dan jadiidatun adalah muannats.

Kesimpulan

* Jumlah ismiyyah terdiri dari mubtada' dan khabar.

* Mubtada dan khabar nya marfu'

* Mubtada nya itu isim ma'rifah, sedangkan khabarnya nakirah.

* Jumlah ismiyyah adalah jumlah (kalimat) yang dimulai dengan isim. 

Jika sudah difahami, tulis 3 contoh jumlah Ismiyyah

MENGENAL HURUF NASHAB DAN HURUF JAZM

Mengenal Huruf Nashab

كيف حالكم جميعا؟

Semoga أنتم semua senantiasa dirahmati kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT. Kini, saatnya bagi أنتم untuk berkenalan dengan huruf nashab atau amil nashab.Huruf Nashab

Apa itu Huruf Nashab?

Amil nashab merupakan huruf yang mengubah fi’il mudhor’i menjadi dibaca nashab atau manshub yakni fathah. Huruf yang dapat menashabkan fi’il mudhori tersebut ada tujuh jumlahnya. Mereka adalah كَيْ,

 لاَمُ كَيْ,

 لاَمُ الجُحُوْدِ 

, حَتَّى

   لَنْ

, إِذَنْ

, أَنْ, . 

Amil nashab akan menashabkan/menjadikan fathah fi’il mudhori yang berada di belakangnya atau yang mengikutinya.

Salah satu tanda sebuah kata kerja dibaca manshub adalah sebelumnya ia memiliki akhiran harakat zhammah lalu berubah menjadi fathah. Meski demikian, tanda ini tidak dapat diaplikasikan pada semua kasus. Pada kasus tertentu, fi’il yang dibaca nashab ini tidak memiliki akhiran fathah, namun huruf nun-nya yang ada pada akhir kata kerja tersebut dihapus.

Amil Nashab أَنْ

Huruf ini berfungsi untuk memisahkan dua fi’il. Jadi, amil nashab أَنْ ini tidak memiliki arti khusus. Penggunaan huruf tersebut dapat dilihat pada contoh ini.

نَحْنُ نُرِيْدُ أَنْ نَرْجِعَ

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti ‘kami ingin pulang.’ Dari kalimat tersebut, Sahabat Muslim dapat melihat bahwa أَنْ terletak di antara dua fi’il, yaitu نُرِيْدُ dan نَرْجِعْ . Di samping itu, Sahabat Muslim dapat melihat bahwa fi’il setelah amil nashab tersebut berakhiran dengan fathah.

Amil Nashab لَنْ

Amil nashab لَنْ ini berarti ‘tidak akan’. Jika sebuah fi’il didahului oleh لَنْ , maka ia akan dibaca nashab. Kata tersebut akan berubah menjadi berakhiran fathah atau akhiran nun-nya dihilangkan. Contoh pengaplikasian huruf tersebut dapat Sahabat Muslim amati pada contoh di bawah ini.

لَنْ يَنْجَحَ الكَسْلاَنُ

Arti dari contoh tersebut adalah ‘tidak akan lulus/berhasil orang yang malas.’ Pada contoh ini, fi’il dibaca manshub dengan ciri khas akhiran fathah-nya.

Amil Nashab إِذَنْ

Arti dari amil nashab إِذَنْ tersebut adalah ‘kalau begitu’ atau juga dapat diartikan sebagai ‘jika demikian’. Di samping itu, amil ini juga berguna untuk menyimpulkan sesuatu yang sebelumnya dibahas. Apabila digunakan dalam membuat kalimat, maka contohnya adalah seperti di bawah ini.

إِذَنْ تَنْجَحَ

Contoh tersebut berarti ‘kalau begitu, pasti kamu lulus.’ Kalimat tersebut kemungkinan besar dikatakan oleh si A ketika mendengar si B mengatakan bahwa si B saat ini sedang belajar giat untuk menghadapi ujian sekolah.

Amil Nashab كَيْ

Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, amil nashab كَيْ ini bermakna ‘supaya’ atau ‘agar’. Dengan kata lain, amil ini juga berfungsi untuk menyatakan sebuah tujuan. Pengaplikasian amil tersebut dapat Sahabat Muslim amati dalam contoh ini:

   أكَلْتُ الخُبْزَ كَيْ لَا أَجِيْعَ,

Kalimat contoh tersebut bermakna ‘aku makan roti agar aku tidak lapar.’

Amil Nashab لاَمُ كَيْ

Amil nashab لاَمُ كَيْ atau lam kay ini bermakna ‘supaya.’ Selain itu, huruf ini juga dapat diartikan menjadi ‘untuk.’ Amil nashab tersebut berguna untuk memberikan alasan. Contoh dari huruf ini adalah:

جِئْتُ لِأتَعَلَّمَ

Arti dari contoh kalimat tersebut adalah ‘aku datang untuk belajar.’ Dari kalimat ini, Sahabat Muslim dapat melihat bahwa amil nashab لِأ mendahului fi’il تَعَلَّم. Fi’il tersebut memiliki akhiran fathah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa huruf لِأ tersebut membuat fi’il dibaca manshub.

Amil Nashab لاَمُ الجُحُوْدِ

Jenis amil nashab ini tidak memiliki arti khusus, seperti juga amil nashab أَنْ. Pada pengaplikasiannya, lam juhud tersebut digunakan untuk menyangkal sesuatu. Di samping itu, penggunaan amil nashab ini biasanya diawali dengan لَمْ يَكُنْ atau مَا كَانَ.

Untuk lebih memahaminya, Sahabat Muslim dapat mengamati contoh di bawah ini.

مَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ

Arti dari kalimat ini adalah ‘Allah tak akan menyiksa mereka.’ Dari contoh tersebut terlihat bahwa huruf lam didahului oleh مَا كَان. Contoh lain yang dapat Sahabat Muslim amati adalah:

لَمْ يَكُنِ اللهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ

Jika diartikan, maka contoh tersebut bermakna ‘Allah tak akan mengampuni mereka.’ Pada kalimat tersebut amil nashab lam didahului oleh لَمْ يَكُنْ .

Amil Nashab حَتَّى

Jenis amil nashab حَتَّ ini berarti ‘hingga’ atau juga dapat dimaknai ‘sampai.’ Selain membuat fi’il dibaca nashab, amil tersebut juga berfungsi menghubungkan dua klausa. Penggunaan huruf tersebut dapat Sahabat Muslim lihat pada contoh ini.

   لاَ تَتَكَلَّمُوْا حَتَّى تَنْتَهِيَ الْخُطْبَةُ

Arti dari kalimat ini adalah ‘janganlah mengobrol sampai selesai khutbah.’ Dari kalimat tersebut, Sahabat Muslim dapat melihat bahwa fi’il تَنْتَهِيَ dibaca nashab. Selain itu, amil tersebut juga berfungsi menghubungkan dua klausa, yaitu ‘jangan mengobrol’ dan ‘selesai khutbah.’ Selain contoh tersebut, masih banyak contoh lain dari amil nashab ini yang dapat Sahabat Muslim lihat dalam ayat Alquran.


Apakah kini Sahabat Muslim sudah memahami apa yang dimaksud dengan huruf nashab? Semoga dapat membantu Sahabat Muslim semua dalam memahami ilmu nahwu, terutama amil nashab, dengan lebih baik. Sehingga, Sahabat Muslim dapat berkomunikasi dalam bahasa Arab maupun memahami ayat-ayat Alquran dengan lebih baik.

MENGENAL HURUF JAZM

الحُرُوْفُ الجَازِمَةُ = al-huruufu al-jaazimatu = huruf jaazimah

Alhamdulillah, kita telah sampai pada pelajaran huruf jazm.

Catatan bahasa Arab kali ini adalah tentang huruf jazm, yaitu salah satu huruf aamil.

Huruf jazm adalah huruf yang me-majzumkan fi'il mudhari' yakni mejadikan sukun huruf akhir fi'il mudhari'.

Huruf jazm adalah dibawah ini:


- إنْ = in = jika

- لَمْ = lam = tidak

- لَمَّا = lammaa = belum

- لاَمُ الأَمْرِ = lam amr = lam perintah

- لاَمُ النَّهْيِ = laa nahyi = lam larangan


Huruf-huruf di atas letaknya sebelum fi'il mudhari' (فِعْلٌ مُضَارِعٌ ).

Bentuk-bentuk majzum pada fi'il mudhari

1. fi'il mudhari yang huruf akhirnya shahih (المُضَارِعُ الصَّحِيْحُ الأَخِرُ)

Bentuknya adalah huruf akhir menjadi sukun.

Contoh:

- Marfuu' = يَشْرَبُ = yasyrabu

- Majzuum = لَمْ يَشْرَبْ = lam yasyrab

2. Fi'il mudhari yang lima (الأَفْعَالُ الخَمْسَةُ)

Bentuknya adalah = menghilangkan huruf nun yang terakhir.

Contoh =

- Marfuu' = يَذْهَبَانِ = yadzhabaani 

- Majzuum = لَمْ يَذْهَبَا = lam yadzhabaa

3. Fi'il mu'talul akhir waw (huruf akhirnya و )

Contoh =

- Marfuu' = يَدْعُوْ = yad'uu

- Majzum = لَمْ يَدْعُ = lam yad'u

Bentuknya adalah = menghilangkan huruf waw

4. Fi'il mu'talul akhir ya (huruf akhirnya ي)

Contoh

- Marfuu' = يَهْدِيْ = yahdii

- Majzuum = لَمْ يَهْدِ = lam yahdi

Bentuknya adalah menghilangkan huruf ya

5. Fi'il mu'talul akhir alif (huruf akhirnya ا atau ى )

Contoh =

- Marfuu' = يَرْضَى = yardhaa

- Majzuum = لَمْ يَرْضَ = lam yardha

Bentuknya adalah menghilangkan huruf alif

Contoh kalimat menggunakan harf jazm

1. إِنْ تَجْلِسْ أَجْلِسْ = in tajlis ajlis.

Artinya = Jika kamu duduk, saya akan duduk.

Catatan = huruf jazm "in" ini membuat dua fi'il mudhari menjadi majzuum.

2. لَمْ يَضْرِبْنِيْ = lam yadhribnii

Artinya = Dia tidak memukulku.

3. ذَهَبَ الوَلَدُ وَ لَمَّا يَعُدْ = dzahaba al-waladu wa lammaa ya'ud.

Artinya = Anak itu pergi dan belum kembali.

4. لِيَجْلِسْ = liyajlis

Artinya = hendaklah ia duduk.

Catatan = harf jazm "lam" ini adalah sebagai perintah untuk orang ketiga.

5. لاَ تَجْلِسْ = laa tajlis

Artinya = jangan duduk!

Catatan = harf jazm "lam" ini adalah sebagai larangan kepada orang yang diajak bicara (orang kedua).

Jika sudah difahami, sebutkan semua huruf Nashab dan jazm berikut contohnya.

بارك الله فيكم

Monday, 22 February 2021

Traveling ke Talaga Bodas Garut

Sahabat Garut ada yang sudah pernah ke Talaga Bodas? Saya baru dua kali nih. Beda dengan zaman dulu waktu saya ke sini. Sekarang agak tertata. Indah sekali. Hanya khas baunya tetap ada. Jangan kaget ya pas masuk sudah mencium aroma-aroma bau belerang. Pokoknya biar gak penasaran coba traveling ke Talaga Bodas di Wanaraja Garut. Dan silahkan informasinya tonton saja dulu di channel YouTube saya berikut check👇

https://youtu.be/ae3_Ri9c3jU


Wednesday, 17 February 2021

HADIS KEWAJIBAN DAKWAH BAGI SETIAP MUSLIM

 Sampaikanlah walau satu ayat

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلاَ حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

رواه البخاري

Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa Nabi saw bersabda:

Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra'il dan itu tidak apa (dosa). Dan barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya dari api neraka. HR Bukhari

Tuesday, 16 February 2021

PERMUSYAWARATAN DALAM MUHAMMADIYAH

Penjelasan tentang berbagai permusyawaratan yang dilakukan oleh Muhammadiyah sebagai berikut:

Muktamar

(1) Muktamar diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Pusat.

(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

(3) Undangan dan acara Muktamar dikirim kepada anggota Muktamar selambatlambatnya tiga bulan sebelum Muktamar berlangsung.

(4) Acara Muktamar:

a. Laporan Pimpinan Pusat tentang:

1. Kebijakan Pimpinan.

2. Organisasi.

3. Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir.

4. Keuangan.

b. Program Muhammadiyah

c. Pemilihan Anggota Pimpinan Pusat dan penetapan Ketua Umum

d. Masalah Muhammadiyah yang bersifat umum

e. Usul-usul

(5) Muktamar dihadiri oleh:

a. Anggota Muktamar terdiri atas:

1. Anggota Pimpinan Pusat.

2. Ketua Pimpinan Wilayah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pimpinan Pusat.

3. Anggota Tanwir wakil Wilayah.

4. Ketua Pimpinan Daerah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pimpinan Wilayah.

5. Wakil Daerah sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyak-banyaknya tujuh orang, berdasar atas perimbangan jumlah Cabang dalam tiap Daerah, atas dasar keputusan Musyawarah Pimpinan Daerah. Ketentuan perimbangan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.

6. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat masing-masing tiga orang, diantaranya dua orang wakilnya dalam Tanwir.

b. Peserta Muktamar terdiri atas:

1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat masing-masing dua orang.

2. Undangan khusus dari kalangan Muhammadiyah yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat.

c. Peninjau Muktamar ialah mereka yang diundang oleh Pimpinan Pusat

(6) Anggota Muktamar berhak menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih. Peserta Muktamar berhak menyatakan pendapat. Peninjau Muktamar tidak mempunyai hak menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih.

(7) Keputusan Muktamar harus sudah ditanfidzkan oleh Pimpinan Pusat selambatlambatnya dua bulan sesudah Muktamar.

(8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan bersamaan waktu berlangsungnya Muktamar diatur oleh penyelenggara.