Wednesday 4 September 2019

Pesona Masjid Jogokariyan


Masjid Jogokariyan (bahasa Jawaꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀​ꦗꦒꦏꦫꦶꦪꦤ꧀translit. Masjid Jagakariyan) adalah salah satu masjid bersejarah yang berada di Kampung Jogokariyan atau tepatnya di Jalan Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta. Lokasi masjid ini juga berdekatan dengan Pondok Pesantren Krapyak[1] yang sama-sama memiliki nilai sejarah panjang, terutama jika dikaitkan dengan keberadaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Masjid Jogokariyan didirikan oleh Pengurus Muhammadiyah[2] Ranting Karangkajen sebagai media dakwah untuk memperkuat dan menginternalisasi nilai-nilai keislaman ke dalam diri penduduk di sekitar masjid. Benar saja, pada saat itu hampir seluruh penduduk Kampung Jogokaryan adalah kalangan “abangan” yang lebih mengutamakan kultur kejawen ketimbang kultur keislaman.

Alhamdulillah saya bisa sampai di masjid ini juga. Tepatnya Rabu, 04 September 2019 pukul 3.50 an. Setelah keluar stasiun Yogyakarta, tujuan pertama kami (Guru-guru ISMUBA DKI Jakarta) dalam safar ini (Study Historis Muhammadiyah) adalah masjid Jogokariyan. Pesonanya begitu menggoda. Padahal saat itu waktu menunjukkan pukul 04.00 namun masjid sudah mulai dipenuhi jamaah. 

Tepat pukul 04.23 adzan shubuh pun berkumandang indah. Jamaah penuh sampai lantai atas. Selepas shalat shubuh dengan alunan bacaan imam yang merdu, zikir kemudian ada kultum dari pengurus masjid.

Masjid Jogokariyan sungguh mempesona kami. Jamaahnya pun ramah-ramah. Ayo kita ke masjid. Makmurkan masjid2 kita. Jogokariyan sebagai motivasi.
Wallohu a'lam bish-shawab. Tamim Hamzah.

Friday 12 July 2019

Tantangan Guru Abad 21

Jendela dunia sudah terbuka di depan mata kita.
Sudah banyak manusia mengetahuinya.
Mereka berlomba-lomba membukanya, mencernanya.
Cepatnya perubahan akibat terbukanya pengetahuan yang mudah dicari.
Seorang guru bisa kalah dari muridnya. Jika guru stagnan.
Tak pernah membuka luasnya dunia dengan pesat dan canggihnya teknologi.
Inovasi dan strategi guru dalam mendidik anak-anaknya perlu ada perubahan.
Siswa dituntut kreatif, mandiri dan siap menghadapi masa depannya.
Artinya semakin besar tantangan guru di abad 21 ini. Teruslah belajar.
Jangan sampai kita tergilas zaman, karena merasa nyaman di zona aman.
Dengan adanya sistem zonasi di tahun ini, seharusnya menjadi cambuk buat guru agar semakin meningkatkan kembali kualitas ilmu dan metode pendidikan kita. Terutama pendidikan yang mengutamakan sikap dan spiritual.
Kedua hal ini juga yang menjadi tantangan guru di abad ini.
Wallohu a'lam bish-shawab.