Wednesday 4 November 2020

KH. Ahmad Dahlan sebagai Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia

KH Ahmad Dahlan sebagai Tokoh Pembaruan Islam di Indonesia

K.H. Ahmad Dahlan, bernama asli Muhammad Darwisy, lahir di kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1868. Ayahnya, KH Abu Bakar adalah seorang imam dan khatib Masjid Besar Kauman Yogyakarta. Sementara ibunya, Siti Aminah adalah anak KH. Ibrahim, penghulu besar di Yogyakarta. Dilihat dari garis silsilahnya, Darwisy memiliki garis keturunan dengan Maulana Malik Ibrahim, salah seorang wali penyebar agama Islam yang dikenal di pulau Jawa. Silsilah tersebut dapat dilihat di bawah ini:


Dengan latar belakang keluarga dari golongan muslim yang taat, Darwisy kecil telah ditanamkan nilai-nilai agama oleh kedua orang tuanya. Sejak usia 8 tahun, Darwisy telah lancar dan tamat membaca Al-Quran. Sewaktu kecil Darwisy termasuk anak yang rajin, jujur dan suka menolong. Bahkan sejak kecil, Darwisy telah memperlihatkan kepandaian dalam membuat kerajinan tangan dan barang-barang permainan seperti layang-layang dan gasing, sehingga ia disukai oleh teman-temannya.

Setelah bertambah usia, Darwisy belajar figh dari KH. Muhammad Saleh, belajar nahwu dari KH. Muhsin, dan juga belajar ilmu agama Islam lebih lanjut pada kakak iparnya KH. Abdul Hamid di Lempuyangan dan KH. Muhammad Nur. Ketika berangkat Haji, Darwisy juga belajar kepada guru-gurunya di Arab Saudi. Belajar ilmu hadits kepada Kyai Mahfud Termas dan Syekh Khayat, ilmu qiraah kepada Syekh Amien dan Sayid Bakri Syatha, ilmu falaq pada KH. Dahlan Semarang, dan juga belajar pada Syekh Hasan tentang mengatasi racun binatang. Ketika menunaikan ibadah haji, beliau berkomunikasi dengan berbagai ulama yang berasal dari Indonesia, seperti Kyai Mahfud dari Termas, Syekh Ahmad Khatib, Syekh Jamil Jambek dari Minangkabau, Kyai Nahrowi dari Banyumas, dan Kyai Nawawi dari Banten. Ketika menunaikan ibadah haji yang kedua pada tahun 1903, beliau bermukim di Arab Saudi selama hampir dua tahun. Disana beliau belajar dengan beberapa ulama. Belajar Fiqh pada Syekh Saleh Bafadal, Syekh Said Tamami dan Syekh Sa'id Babusyel. Belajar hadits dengan Mufti Syafii, ilmu falaq pada Kyai Asy'ari Bawean, ilmu qiraah dari Syekh Ali Misri Makkah.

Berikut ini merupakan sejumlah pembaruan atau kepeloporan K.H. Ahmad Dahlan dalam merintis dan meletakkan dasar gerakan pembaruannya. Pertama, meluruskan arah kiblat dan menjauhkan praktik keagamaan dari syirik, tahayul, bid'ah dan khurafat. Kedua, pembinaan umat melalui pengajian-pengajian secara melembaga. Ketiga mempelopori pendirian sekolah/madrasah modern. Keempat, mendirikan PKU, Panti Asuhan dan pelayanan sosial. Kelima, mendirikan Taman Pustaka, Majalah Suara Muhammadiyah dan Lembaga Penolong Haji, dan lain sebagainya.

Dari berbagai rintisan amaliah yang cemerlang dan dibutuhkan menunjukkan bahwa pemikiran dan langkah K.H. Ahmad Dahlan langsung oleh umat Islam dan juga masyarakat Indonesia telah menorehkan kepeloporan pembaruan amal Islami di negeri tercinta ini. Islam di tangan K.H. Ahmad Dahlan bersama dengan gerakan Muhammadiyah-nya telah menjelma menjadi amal nyata yang berwajah rahmatan lil-'alamin.

Hadis tentang Pemanfaatan kesempatan beribadah

 Hadis tentang Pemanfaatan kesempatan untuk Beribadah

Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah Ibnu Abbas RA bahwa Baginda Rasulullah SAW bersabda :


اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ


Manfaatkanlah lima perkara sebelum kamu kedatangan lima perkara (demi untuk meraih keselamatan dunia akhirat). Yakni Masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Sehatmu sebelum datang sakitmu. Masa kayamu sebelum datang faqirmu. Waktu luangmu sebelum waktu sibukmu. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu".


Hujjatul Islam Imam Al Ghazali dalam kitab masterpiece-nya Ihya Ulumuddin, seperti dikutip pecihitam.org mentakhrij (menjelaskan) maksud hadis tersebut.


1. Muda Sebelum Tua


Gunakanlah waktu mampumu untuk taat kepada Allah sebelum datang kepayahan atau masa tua sehingga menyesal karena telah melalaikan perintah Allah.


2. Sehat Sebelum Sakit.


Memanfaatkan waktu saat diberi nikmat sehat untuk memperbanyak amal ibadah dan kebaikan sebelum datang waktu sakit. Sehingga kelak tidak menyesal saat hari kebangkitan (kiamat) dengan membawa bekal amal yang cukup.


3. Kayamu Sebelum Miskin


Imam Ghazali menjelaskan makna dari memanfaatkan masa kaya ini untuk memperbanyak sedekah kepada fakir miskin dengan harta yang dimiliki, sehingga tidak menjadi fakir di dunia dan akhirat nanti.


4. Waktu Luang Sebelum Sibuk


Manfaatkanlah waktu luang ketika di dunia sebelum sibuk dengan kengerian hari kiamat yang tempat awalnya di alam kubur. Sehingga selamat dari siksa dan kehinaan.


5. Hidup Sebelum Mati


Manfaatkanlah amal selama masa hidup di dunia sebelum datang kematian. Yakni dengan banyak beramal dan ibadah.


Sebab, orang yang sudah mati terputus amalnya dan nyata penyesalannya.


Menurut Imam Ghazali kelima perkara itu memang tidak dirasakan hasilnya namun akan berbuntut penyesalan setelah lima perkara itu yakni, muda, sehat, kaya, waktu luang dan hidup hilang.


Karena itu, Muslim dituntut untuk memanfaatkan waktu atau nikmat yang diberikan Allah di dunia ini untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan ibadah.


Wallahu A'lam Bishshawab.

Hadis tentang Pemanfaatan kesempatan untuk Beribadah