Wednesday 16 March 2016

Anak Anugerah Allah

Dalam pandangan Islam, anak adalah anugerah yang diberikan Allah pada para orang tuanya. Kehadiran anak disebut berita baik (Maryam:7), hiburan karena mengenakan pandangan mata (Al-Furqan:74), dan perhiasan hidup di dunia (Al-Kahfi:46). Anak juga sebagai bukti kebesaran dan kasih sayang Allah, pelanjut, penerus dan pewaris orang tua, tetapi juga sekaligus ujian (At-Taghabun:15).
 Dari Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, ”Sesungguhnya ada seseorang yang diangkat (ditinggikan) derajatnya di jannah (syurga)”. Lalu ia bertanya (terheran-heran), ”Bagaimana aku bisa mendapat ini (yakni derajat yang tinggi di surga)?”. Dikatakan kepadanya, ”(Ini) disebabkan istighfar (permohonan ampun) dari anakmu (kepada Allah) untukmu”.
 Sesungguhnya anak merupakan aset yang sangat berharga, karena anak yang shalih akan senantiasa mendoakan kedua orang tuanya.
 ”Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda, apabila manusia telah mati, maka terputuslah dari semua amalnya kecuali tiga perkara. Shadaqah jariayah, ilmu yang diambil manfaatnya dan anak shalih yang mendoakannya”. (HR. Muslim)
 Inilah puncak tertinggi dari keutamaan-keutamaan mempunyai anak, yaitu anak yang shalih yang bermanfaat bagi orang tua di dunia dan di akhirat. Dari hadits inipun kita mengetahui bahwa tujuan mulia dari mempunyai anak menurut syariat Islam ialah menjadikan anak-anak tersebut menjadi anak-anak yang shalih, anak-anak yang taat kepada Allah dan RasulNya dan anak-anak yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Bukan anak-anak yang durhaka apalagi yang kufur dan lain-lain yang dibenci oleh Allah dan RasulNya. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting sekali dan menentukan.
 Rasullullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

 “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Abu Dawud).

lanjutkan di sini

Friday 11 March 2016

Hubungan Intim Malam Jumat Sunnah Rosul?


Semua berawal dari hadits berikut ini: “Barangsiapa melakukan hubungan suami-istri di malam Jum'at (kamis malam) maka pahalanya sama dengan membunuh 100 Yahudi.” Dalam hadits yang lain ada disebutkan sama dengan membunuh 1000, ada juga yang menyebut 7000 Yahudi.

Sebenarnya bagaimana derajat hadits tersebut, apakah shahih, dhaif atau ma'udu / palsu? Hadits di atas tidak akan ditemukan dalam kitab mana pun, baik kumpulan hadits dhaif apalagi shahih.

Perlu kita ketahui, Kalimat tersebut bukan hadits dan tidak mempunyai sanad / bersambung ke sahabat, apalagi ke Rasulullah shallallahu‘alaihiwasallam. Yang akhirnya pada satu kesimpulan bahwa hadits “Sunnah Rasul” di atas adalah palsu, lebih tepatnya yaitu sama sekali BUKAN HADITS.

Sebuah HADITS PALSU yang telah dikarang oleh seseorang, tidak jelas dan tidak bertanggungjawab yang mengatasnamakan Rasulullah shallallahu‘alaihiwasallam. Bahkan kita tidak akan menemukan satu pun hadits Rasulullah shallallahu‘alaihiwasallam tentang berhubungan intim bagi suami-istri pada malam-malam tertentu, termasuk malam Jum’at.

Jaga mulut jika Anda Islam! Jaga tangan dalam menulis status Facebook jika Anda Islam! Jaga martabat Islam Anda! Telusuri jika membaca sebuah "hadits" yang meragukan! Dan yang terakhir adalah: HATI-HATI dengan banyaknya hadits-hadits palsu yang sengaja dibuat secara terus-menerus oleh musuh-musuh Islam hingga saat ini!

Anda Islam? Share sebanyak-banyaknya demi martabat Islam!

Bahagiamu, Bahagiaku


Oleh: Gunawan Alfarizi, muslimdigital@yahoo.com

RASA sedih dan rasa bahagia tak perlah luput menyelimuti setiap momentum perjalanan hidup kita. Tidak ada di dunia ini orang yang selalu merasa sedih berkepanjangan, tidak pula ada di dunia ini orang yang selalu bahagia secara berkepanjangan.

Laksana roda kehidupan adakalanya kita merasakan perasaan yang begitu sedih, dan adakalahnya kita merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Rasa sedih tentu tidak ingin kita tularkan kepada orang lain, agar orang lain menjadi sedih, tentu rasa bahagialah yang ingin kita beri kepada orang lain agar orang lain bahagia.

Bahagia, ya satu kata yang sederhana namun didambakan selalu kehadirannya dalam kehidupan setiap insan yang ada di muka bumi ini. Mendambakan kebahagiaan adalah sebuah fitrah dari setiap insan, siapapun orangnya semuanya pasti menginginkan kebahagiaan senantiasa melekat pada dirinya, baik itu kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Jika kita berbicara tentang perasaan bahagia, tentu semua tidak akan pernah luput dari skenario Allah SWT yang selalu memberikan karunia kebahagian kepada setiap insan yang ia pilih untuk bahagia. Kebahagian sejati bisa di rasakan oleh setiap insan, jika ia selalu menyertakan hati dan pikrian yang jernih untuk bisa menjemput kebahagiaan di dalam hidupnya sendiri. Salah satu kendaraan yang bisa mengantarkan diri kita pada

Kebahagian bathin adalah dedengan berbagi kebahagiaan kepada orang orang yang ada di sekitar kita. Karena sungguh bisa jadi kebahagiaan yang kita rasakan saat ini adalah karena ada lantunan doa kebaikan dan Kebahagian dari orang lain untuk kita. Bahagia yang kita rasakan tidak akan pernah lepas dari campur tangan Allah dalam menyelimuti hati kita untuk bisa meraskan bahagia itu sendiri. Dan keterlibatan orang lain yang ada di sekitar kita pun turut serta mewarnai corak kebahagiaan yang kita rasakan saat ini.

Sungguh indah dan damainya hidup ini jika kita bisa membahagiakan orang orang yang ada di sekitar kita. Kebahagiaan akan begitu terasa jika kita mampu menularkan rasa bahagia itu sendiri kepada orang lain. maka mari kita simak hadist yang begitu indah ini, tentang indahnya berbagi kebahagiaan kepada orang yang ada di sekitar kita :

إِنَّمَا يَرحمُ اللهُ مِن عِبَادِهِ الرُّحمَاءَ

“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hambaNya yang kasih sayang” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ, يَسَّرَ اَللَّهُ عَلَيْهِ فِي اَلدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa memberi kemudahan orang yang dalam kesulitan maka Allah akan memudahkan didunia dan diakhirat”. (HR. Muslim)

وَاَللَّهُ فِي عَوْنِ اَلْعَبْدِ مَا كَانَ اَلْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Dan Allah selalu menolong hamba selama hamba menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا فِى الدُّنْيَا، سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya didunia dan diakhirat” (HR. Muslim)

Laporkan iklan?
مَنْ ضَارَّ مُسْلِمًا ضَارَّهُ اَللَّهُ

“Barangsiapa merugikan seorang muslim maka Allah merugikannya” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

وَمَنْ شَاقَّ مُسَلِّمًا شَقَّ اَللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa mempersulit urusan seorang muslim maka Allah akan mempersulit urusannya” (HR. Abu Daud & Tirmidzi)

مَا مِنِ امْرِئٍ يَخْذُلُ امْرَأً مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ إِلاَّ خَذَلَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ
يُحِبُّ فِيهِ نُصْرَتَهُ وَمَا مِنِ امْرِئٍ يَنْصُرُ مُسْلِمًا فِى مَوْضِعٍ يُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ وَيُنْتَهَكُ فِيهِ مِنْ حُرْمَتِهِ إِلاَّ
نَصَرَهُ اللَّهُ فِى مَوْطِنٍ يُحِبُّ نُصْرَتَهُ. أخرجه أبو داود.

“Tidaklah seseorang menelantarkan seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menelantarkan disaat dia suka seandainya ditolong. Tidaklah seseorang menolong seorang muslim pada saat dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya maka Allah akan menolongnya disaat dia suka seandainya ditolong.” (HR. Abu Daud)

مَنْ سَمَحَ سَمَحَ اللَّهُ لَ