Saturday 5 March 2016

Khutbah Jumat:Tentang Gerhana Matahari


Seri Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY
Edisi 10, Jum’at 4 Maret 2016

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI GERHANA MATAHARI
K.H. Dr. Tulus Musthofa, Lc., MA.
(Majelis Syuro Ikadi DIY)

__________________________________
Khutbah pertama:
__________________________________

اَلْـحَمْدُ لِلَّهِ الْــمَلِكِ الْقَهَّارِ، اَلْعَظِيْمِ الْجَبَّار، خَلَقَ الشَّمْسَ وَالْقَمَر، وَسَخَّرَ الَّليْلَ وَالنَّهَار، وَأَجْرَى بِقُدْرَتِهِ السَّحَابَ يَحْمِلُ بِحَارَ اْلأَمْطَار، فَسُبْحَانَهُ مِنْ إِلَهٍ عَظِيْم، خَضَعَتْ لَهُ الرِّقَاب، وَلَانَتْ لِقُوَّتِهِ الصِّعَاب.

وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمّداً عَبدُهُ ورَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا.

قَالَ تَعَالَى فيِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلًا عَلِيْمًا:
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ."

وَقَالَ أَيْضًا:
"وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ، وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.”

Jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah..

Beberapa hari lagi, tepatnya pada tanggal 9 Maret 2016 insyaallah akan terjadi Gerhana Matahari Total (GMT) yang dianggap oleh kebanyakan masyarakat Indonesia sebagai peristiwa menarik dan sangat dinantikan. Gerhana Matahari Total akan terjadi di sebagian besar Pasifik, meliputi Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan benua Australia. Diantara kota-kota di Indonesia yang akan dilewati Gerhana Matahari Total adalah Palembang, Belitung, Balikpapan, Sampit, dan beberapa kota lain. Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak akan dilewati gerhana matahari total (GMT), akan tetapi hanya gerhana matahari sebagian (GMS).

Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi pada saat yang bersamaan berada pada satu garis. Ketika gerhana matahari terjadi, bulan berada di antara bumi dan matahari, sehingga piringan bulan akan menutupi piringan matahari. Bulan berada di antara bumi dan matahari saat sedang berada pada fase Bulan Baru.

Peristiwa yang akan terjadi ini sudah banyak dilansir oleh media secara luas yang melihatnya dari perspektif kebanyakan orang; yaitu menganggap Gerhana Matahari Total sebagai peristiwa unik yang perlu ditonton. Akan tetapi bagi umat Islam, setiap terjadi peristiwa penting seperti gerhana matahari, mereka seharusnya mempunyai cara penyikapan yang benar dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Bila kita lihat, setidaknya ada tiga sikap yang mungkin dilakukan oleh masyarakat terhadap peristiwa seperti Gerhana Matahari:

Sikap yang pertama; bersikap apatis dan tidak mempedulikan peristiwa tersebut.

Sikap yang kedua; menganggapnya sebagai peristiwa alam yang unik untuk menjadi tontonan.

Dan sikap yang ketiga; mempercayai berbagai kepercayaan mistik dan mengaitkan nya dengan gerhana matahari.

Tentunya, ketiga cara penyikapan tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam karena tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Insyaallah dalam khutbah ini akan disampaikan hal-hal penting yang seharusnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam menyikapi peristiwa gerhana matahari tersebut.

Jamaah sholat Jum’at yang dimuliakan Allah..

Hal pertama yang sebaiknya dilakukan oleh setiap muslim terkait peristiwa gerhana matahari adalah: mentadabburi kebesaran dan kekuasaan Allah subhanahu wataala.

Matahari dan bulan merupakan dua makhluk Allah yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya dua makhluk tersebut dengan begitu teraturnya merupakan ketetapan aturan Allah subhanahu wataala Penguasa alam semesta ini.

 Allah subhanahu wataala berfirman:

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
”Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.” (Q.S. Ar-Rahman: 5)

Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada matahari dan bulan
baca selengkapnya di sini

Tuesday 1 March 2016

Demam, Inilah Cara Rasulullah Mengobatinya


KINI musim tak lagi menentu. Terkadang hujan, kadang pula panas. Maka tak heran jika banyak orang yang terserang penyakit akibat cuaca yang tidak bersahabat. Bukan hanya itu, asupan energi, seperti makanan dan minuman, kini banyak yang tak bersih dan sehat. Sehingga, seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, mudah sekali terjangkit penyakit.

Ketika musim yang tak menentu ini terjadi, biasanya penyakit yang timbul itu berupa demam. Ya, demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 ºC yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia (sel darah putih) sedang melawan suatu virus atau bakteri. Lalu, bagaimana cara mengobatinya?

Dalam Islam, segala daya upaya dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan itu ada. Begitu pula dalam mengobati demam. Rasulullah SAW telah memberitahukan kepada kita bagaimana cara mengobati demam.

Rasulullah SAW bersabda, “Demam itu berasal dari hembusan neraka Jahannam, karena itu dinginkanlah ia dengan air,” (HR. Al-Bukhari dengan Al-Fath (10/174) dan Muslim (4/1733).

Begitulah cara Rasulullah SAW mengobati demam. Kita pun bisa melakukan seperti apa yang dicontohkan olehnya. Sebab, demam yang ditandai dengan panas yang tinggi, insya Allah bisa menurunkan panas tersebut dengan air. Kita bisa menempelkan air itu, menggunakan kain yang telah dibasahi sebelumnya, di jidat seseorang yang terkena demam.

Terjebak Didikan Sinetron 2


GENERASI pecinta sinetron inilah yang dihasilkan oleh sinetron-sinetron yang beredar di Indonesia. Mereka menjadi pembebek dan dengan mudahnya mengikuti life style yang dicontohkan tokoh-tokoh didalamnya. Di tengah gempuran arus globalisasi seperti saat ini, ternyata peran keluarga, pendidik, masyarakat dan negara dirasakan sangat minim. Dalam keluarga, ibu sebagai pendidik pertama dan utama bekerjasama dengan ayah untuk mendidik dan membangun kepribadian sang anak. Guru di sekolah juga tidak kalah pentingnya dalam mengarahkan peserta didiknya untuk bisa membentuk kepribadian anak.

Di dalam masyarakat ada sikap saling beramar ma’ruf sesama tetangga sehingga tercipta lingkungan pergaulan yang kondusif bagi perkembangan kepribadian anak. Kemudian negara dengan kekuasaannya berupaya untuk menjaga generasi mudanya salah satunya dengan cara membendung informasi yang bisa menjerumuskan para generasi muda termasuk penayangan sinetron-sinetron yang dianggap bisa berdampak negatif kepada pembentukan kepribadian generasi tadi. Namun sayang, faktanya banyak keluarga yang tidak tahu bagaimana mendidik buah hati mereka. Disisi lain masyarakat yang seharusnya mengawasi acuh tak acuh dan negara pun ternyata tidak sanggup memfilter tayangan yang ada.

Mengapa hal yang demikian bisa terjadi? Kenyataan di atas terjadi tiada lain karena negara menerapkan sistem sekuler-demokrasi yang berdiri di atas pilar-pilar kebebasan dan pemisahan agama dari kehidupan. Demokrasi berdiri atas dasar 4 kebebasan, yaitu kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi dan kebebasan kepemilikan. Tayangan sinetron yang kebanyakan tidak mendidik dibiarkan bebas atas dasar kebebasan berekspresi tersebut sekaligus ide-ide dan gaya hidup yang coba disampaikan. Disini negara gagal dalam menjaga masyarakatnya terlebih generasi mudanya dari ide dan gaya hidup yang berasal dari barat tersebut. Padahal Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim yang seharusnya memiliki kepribadian islami. Namun, faktanya jauh dari islami.

Laporkan iklan?
Untuk mengatasi dampak buruk dari informasi dan tayangan-tayangan yang sebelumnya sudah dijelaskan, satu-satunya solusi adalah Islam. Islam bukan hanya sekedar agama yang mengajarkan tata cara ibadah ritual, tetapi juga agama yang mengatur semua urusan kehidupan manusia. Dalam Islam terdapat peraturan pergaulan yang melarang pergaulan bebas alias sex bebas, pacaran dan sebagainya. Sistem pendidikannya ketika diterapkan dapat mewujudkan generasi dan masyarakat yang bertakwaSistem Islam akan mampu mengendalikan itu semua dan menjadikan generasi muda, keluarga, masyarakat dan negara yang bertakwa dan berkepribadian islami. Wallahua’lam.

Terjebak Didikan Sinetron 1


Oleh: Rina Yunita

MUDA merupakan ujung tombak peradaban. Di tangan generasi muda inilah kebangkitan/kemajuan suatu peradaban dipertaruhkan. Bila generasi mudanya berakhlak mulia dan berkualitas, maka peradaban yang dihasilkan akan maju dan memiliki pemimpin yang kuat dan amanah. Namun, bila generasi mudanya rusak dan berakhlak rendah, maka peradaban yang mereka pimpin ke depannya pun akan rusak dan terpuruk. Oleh karena itu, penting bagi kita khususnya dan negara ini umumnya untuk memiliki generasi muda yang berkualitas secara pemikiran maupun moralnya agar peradaban yang dihasilkan nanti juga maju.

Sayangnya, fakta di masyarakat menunjukkan bahwa generasi muda kita yang banyak menyebutnya sebagai “ababil” alias ABG labil mulai kehilangan kualitasnya. Kita bisa melihat perbedaan antara remaja zaman dulu dengan remaja zaman sekarang. Apa perbedaannya? Remaja zaman dulu masih memegang erat aturan agama dan etika pergaulan sedangkan remaja zaman sekarang sudah mulai menjauh dari norma-norma keseharian, baik di dalam keluarga maupun masyarakat.

Hal yang demikian bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena era globalisasi saat ini yang memungkinkan arus informasi masuk ke dalam negeri ini tanpa adanya filter. Sejalan dengan masuknya informasi dari berbagai negara, ide-ide dan gaya hidup negara-negara tersebut pun akhirnya tak terbendung lagi. Ide-ide dan gaya hidup mereka masuk dengan mudahnya melalui apa yang disebut 4F, yaitu Food, Fun, Film and Fashion. Dan ke-4F sebagai gaya hidup barat ini mudah kita dapati hari ini di rumah-rumah kita, yaitu melalui kotak elektronik alias televisi. Berbagai macam hiburan bisa kita lihat di televisi dan sinetron adalah yang paling banyak digemari disamping acara musik dan infotainment oleh generasi muda kita. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah penelitian Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah NTT Mutiara Mauboy mengatakan sebanyak 81% anak di provinsi kepulaun itu menghabiskan waktunya setiap hari menonton televisi bersegmen hiburan dan sinetron.

Sinetron memang memiliki daya tarik luar biasa terhadap penontonnya. Penonton yang kebanyakan adalah remaja yang larut ke dalam cerita suatu sinetron, baik sinetron lokal, maupun dari luar semisal drama korea, sinetron india atau serial dari turki disadari atau tidak telah dijadikan sebagai teladan dalam menjalani kehidupan mereka. Perlu diakui bahwa perubahan ke arah yang lebih baik yang ditawarkan, dengan meninggalkan keburukan. Namun faktanya adalah perubahan kearah keburukan pun tak kalah dominan. Inilah bentuk penjajahan pemikiran yang diperkenalkan sinetron. Perhatikan saja konten sinetron-sinetron yang merajai pertelivisian Indonesia saat ini. Jika mau jujur sama sekali tidak ada sinetron yang berbau pendidikan melainkan sedikit saja. Budaya dan gaya hidup barat yang ditawarkan sinetron seperti kebebasan bertingkah laku, bergaul bebas, konsumtif, hedonis, serba permissive dan materialis sudah menjadi makanan sehari-hari. Generasi muda kita pun tanpa disadari terpengaruh dan mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron-sinetron tersebut. Mulai dari gaya bicara, berjalan, berpakaian, bergaul, sampai gaya hidup yang jauh dari norma pun diikuti hanya demi mengikuti sang idola. Hal ini akan berdampak luas bagi masyarakat terutama para generasi muda kita.

Laporkan iklan?
Komisi Penyiaran Indonesia beberapa waktu lalu memberikan teguran kepada sinetron berlatar belakang klub motor yang saat ini digandrungi oleh para remaja Indonesia yang para pemainnya ganteng dan macan (manis cantik). Teguran oleh KPI ini karena di beberapa episode penayangan 26, 27, 28, 31 Deseber 2015 dan 3 Januari 2016 terdapat adegan yang tidak layang tayang karena menayangkan kekerasan dan sensual (Bintang.com). KPI menemukan adegan seorang remaja perempuan mencium pipi pasangannya dan juga adegan perkelahian antar geng motor. Selain itu, KPI juga menemukan kata-kata negatif yang berpotensi ditiru oleh penonton yang kebanyakan remaja ini.

Masyarakat sendiri bisa melihat bahwa apa yang ditawarkan oleh sinetron-sinetron yang tayang kebanyakan menayangkan tentang percintaan, pacaran, perselingkuhan, gaya berpakaian ala barat, iri dengki, balas dendam, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu dan bahkan bisa menginspirasi para penontonnya memiliki penyimpangan sosial yang sedang marak dibicarakan seperti LGBT yang tidak layak contoh. Hal ini akan berdampak kepada para remaja yang notabenenya pada masa usia mereka membutuhkan keteladan dari banyak pihak termasuk dari media yang mereka tonton. Keteladanan ini mampu membentuk kepribadian dan akhlak para remaja. Bila teladannya saja sudah salah, maka kepribadian dan akhlak yang terbentuk pun salah. Bila yang menjadi teladan adalah tokoh sinetron, maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi pada remaja kita. Sifat tokoh sinetron tersebut akan menjadi pemikiran yang kemudian berpengaruh pada tingkah lakunya dan bila perilaku tersebut terbentuk menjadi kebiasaan bisa dipastikan akan sangat sulit mengubahnya.

Selamatkan Remaja dari LGBT


dakwatuna.com – Ada apa dengan LGBT? Kenapa komunitas ini menjadi perbincangan hangat dalam dunia nyata dan juga di dunia maya terutama media sosial? Pro kontra menghiasi lembaran berita berkaitan dengan semakin beraninya pengagum sejenis ini untuk memproklamirkan diri secara terang-terangan. Siapa gerangan LGBT itu dan hubungannya dengan remaja kita? Bagaimana kita seharusnya menyikapinya sehingga tidak memunculkan polemik. Dalam artikel yang sederhana ini penulis mencoba untuk berbagi untuk mencari solusi dalam menyelamatkan remaja di negeri ini.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menjelaskan, LGBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender“. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas gay, karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman “budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender“.

Belakangan ini berbagai usaha untuk mengampanyekan keberadaan komunitas LGBT sangat masif dilaksanakan melalui media massa terutama media sosial. Dengan simbol avatar (bendera pelangi) mereka menyebarkan misinya untuk mendapatkan simpati. Bendera warna-warni ini mencerminkan keberagaman dalam komunitas LGBT dan lambang penyatuan komunitas. Publikasi bendera pelangi ini menjalar begitu dahysatnya menyentuh ruang publik sehingga menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Banyak di antara mereka yang menolak keras namun tidak sedikit juga yang memahami dan menerima kehadiranya. Berlindung di bawah payung Hak Asasi Manusia, komunitas ini menyakinkan publik bahwa prilaku ini merupakan pilihan pribadi yang harus dilindunggi. LGBT semakin berenergi dan memiliki semangat tinggi ketika usaha mereka mendapat dukungan dari oknum penggiat hak azazi manusia dan tokoh Liberal Indonesia seperti Ulil Abshar Abdillah

Berbagai komentar yang dikeluarkan tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) ini secara terang benderang mengakui dan membela LGBT melalui twitternya. Banyak netizen yang menolak kicau Ulil dan mengangganya tidak mengetahui persoalan ini secara mendalam. Memang, iya! Mencaci, mengucilkan dan menyakiti fisik kaum gay merupakan salah satu bentuk pelanggararan HAM. Namun justru membiarkan, memfasilitasi dan bahkan mendukung kelompok ini justru telah melanggar HAM berat karena telah menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan dan kehancuran. LGBT tidak hanya persoalan pilihan hidup dan orientasi seks berbeda semata namun menyangkut kemaslahatan pribadi pelaku dan masyarakat luas. Makanya, menyikapi persoalan ini harus dengan pikiran jernih dan hati bersih sehingga melihat persoalan ini tidak secara parsial (sepotong) namun secara universal (menyeluruh) dengan pendekatan agama.

Keberanian LGBT menyatakan identitasnya di negeri ini seiringan dengan telah disahkannya Undang- undang yang “ menghalalkan “ pernikahan sejenis ini di negeri Sam (Amerika) dan kemudian menjalar ke beberapa negara Eropa. Itu sebabnya di negeri ini, pencinta sesama jenis ini juga menuntut agar keberadaannya dihormati dan dilindunggi undang-undang. Berbagai gembrakan berani dilakukan kelompok ini seperti peresmian pernikahan homo di sebuah hotel di Bali. Foto-foto pernikahan pasangan ini tersebar di dunia maya, berlatar prosesi akad di hadapan seorang tokoh agama. Berselang beberapa hari setelah itu terbetik kabar syukuran atas pernikahan pasangan sejenis di Boyolali Jateng. Yang lebih mengejutkan lagi, seperti yang dilansir oleh Harian Metro Padang, pasangan homo di Jati Padang Timur akan melangsung pernikahan dengan memanfaatkan momen valentines day. Beruntung aqad ini tidak jadi dilangsungkan karena terbongkarnya kebohongan identitas mempelai laki-laki yang ternyata seorang wanita.

Pandangan Agama Dunia

Semua agama mengharamkan praktek hubungan cinta sejenis. Tidak ada satupun agama yang melegalkan perilaku yang menyimpang ini. Islam sebagai agama fitrah sangat tegas mengatakan bahwa LGBT merupakan prilaku menyimpang yang harus dijauhi. Makanya, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram LGBT karena bertentangan dengan fitrah kemanusian dan nilai pernikahan. MUI berharap agar orang yang telah terlanjur melakukan praktek ini untuk kembali ke jalan yang benar dengan meninggalkan perbuatan umat nabi Luth tersebut.

Allah SWT berfirman: “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,…” (Q.S. Al-A’raaf: 80-81). Sejarah mengabarkan negeri Sodom hancur lebur karena azab dahsyat yang tak tertahankan atas penyimpangan seksual yang dilakukan penduduk tersebut. Umat Nabi Luth itu tidak menyahut seruan Nabinya untuk meninggalkan perbuatan bejat ini hingga azab menghampiri penduduk dan menghancurkan negeri tersebut.

Menyelamatkan Remaja

Kebanyakan dari penyuka sejenis ini adalah para remaja. Mereka terjebak dengan cinta terlarang ini disebabkan banyak faktor. Di samping potensi menyimpang itu dibawa semenjak lahir, pergaulan dan pertemanan sangat menentukan akan pengembaraan cintanya tersebut. Makanya harus ada usaha maksimal dari berbagai pihak untuk menyelamatkan remaja dari bahaya virus LGBT. Sebab, remaja adalah aset bangsa yang harus dijaga. Adapun usaha yang dapat dilakukan adalah, pertama, negara harus membuat Undang-undang yang jelas dan tegas berkaitan dengan LGBT. Pemerintah harus menyelamatkan rakyatnya dari virus LGBT yang bahayanya sangat dahsyat. Pemerintah tidak boleh memberi peluang untuk berkembangnya LGBT demi menyelamatkan para remaja.

Kedua, pemuka agama bertanggung jawab atas keselamatan umatnya. Ulama harus membimbing dan membina umatnya agar terjauh dari prilaku yang menyimpang. Bagi yang telah terlanjur basah dalam dunia ini maka pendekatan pribadi dan dengan dakwah yang menyetuh merupakan solusi nyata dalam menyelamatkan remaja dari bahaya LGBT. Ulama dan para dai harus melakukan perannya secara hikmah dan bijaksana sehingga dakwah-dakwahnya mencerahkan dan berbuah hidayah.

Ketiga, orang tua dan guru juga memiliki peran penting mengantisifasi terjadi prilaku yang menyimpang ini. Orang tua, sosok orang yang paling dekat dengan anaknya tentu mengetahui keadaan buah hatinya. Apakah anaknya aman dari penyakit LGBT atau justru bibit itu sudah kelihatan semenjak kecil. Maka dengan penuh kasih sayang ayah bunda harus mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anaknya sebagai benteng kokoh dalam melindunggi dirinya dari prilaku itu disamping juga menjaga pergaulan anaknya. (dakwatuna.com/hdn)