Tuesday 1 March 2016

Demam, Inilah Cara Rasulullah Mengobatinya


KINI musim tak lagi menentu. Terkadang hujan, kadang pula panas. Maka tak heran jika banyak orang yang terserang penyakit akibat cuaca yang tidak bersahabat. Bukan hanya itu, asupan energi, seperti makanan dan minuman, kini banyak yang tak bersih dan sehat. Sehingga, seseorang yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah, mudah sekali terjangkit penyakit.

Ketika musim yang tak menentu ini terjadi, biasanya penyakit yang timbul itu berupa demam. Ya, demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 37 ÂșC yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Demam juga bisa merupakan pertanda bahwa sel antibodi manusia (sel darah putih) sedang melawan suatu virus atau bakteri. Lalu, bagaimana cara mengobatinya?

Dalam Islam, segala daya upaya dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan itu ada. Begitu pula dalam mengobati demam. Rasulullah SAW telah memberitahukan kepada kita bagaimana cara mengobati demam.

Rasulullah SAW bersabda, “Demam itu berasal dari hembusan neraka Jahannam, karena itu dinginkanlah ia dengan air,” (HR. Al-Bukhari dengan Al-Fath (10/174) dan Muslim (4/1733).

Begitulah cara Rasulullah SAW mengobati demam. Kita pun bisa melakukan seperti apa yang dicontohkan olehnya. Sebab, demam yang ditandai dengan panas yang tinggi, insya Allah bisa menurunkan panas tersebut dengan air. Kita bisa menempelkan air itu, menggunakan kain yang telah dibasahi sebelumnya, di jidat seseorang yang terkena demam.

Terjebak Didikan Sinetron 2


GENERASI pecinta sinetron inilah yang dihasilkan oleh sinetron-sinetron yang beredar di Indonesia. Mereka menjadi pembebek dan dengan mudahnya mengikuti life style yang dicontohkan tokoh-tokoh didalamnya. Di tengah gempuran arus globalisasi seperti saat ini, ternyata peran keluarga, pendidik, masyarakat dan negara dirasakan sangat minim. Dalam keluarga, ibu sebagai pendidik pertama dan utama bekerjasama dengan ayah untuk mendidik dan membangun kepribadian sang anak. Guru di sekolah juga tidak kalah pentingnya dalam mengarahkan peserta didiknya untuk bisa membentuk kepribadian anak.

Di dalam masyarakat ada sikap saling beramar ma’ruf sesama tetangga sehingga tercipta lingkungan pergaulan yang kondusif bagi perkembangan kepribadian anak. Kemudian negara dengan kekuasaannya berupaya untuk menjaga generasi mudanya salah satunya dengan cara membendung informasi yang bisa menjerumuskan para generasi muda termasuk penayangan sinetron-sinetron yang dianggap bisa berdampak negatif kepada pembentukan kepribadian generasi tadi. Namun sayang, faktanya banyak keluarga yang tidak tahu bagaimana mendidik buah hati mereka. Disisi lain masyarakat yang seharusnya mengawasi acuh tak acuh dan negara pun ternyata tidak sanggup memfilter tayangan yang ada.

Mengapa hal yang demikian bisa terjadi? Kenyataan di atas terjadi tiada lain karena negara menerapkan sistem sekuler-demokrasi yang berdiri di atas pilar-pilar kebebasan dan pemisahan agama dari kehidupan. Demokrasi berdiri atas dasar 4 kebebasan, yaitu kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi dan kebebasan kepemilikan. Tayangan sinetron yang kebanyakan tidak mendidik dibiarkan bebas atas dasar kebebasan berekspresi tersebut sekaligus ide-ide dan gaya hidup yang coba disampaikan. Disini negara gagal dalam menjaga masyarakatnya terlebih generasi mudanya dari ide dan gaya hidup yang berasal dari barat tersebut. Padahal Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim yang seharusnya memiliki kepribadian islami. Namun, faktanya jauh dari islami.

Laporkan iklan?
Untuk mengatasi dampak buruk dari informasi dan tayangan-tayangan yang sebelumnya sudah dijelaskan, satu-satunya solusi adalah Islam. Islam bukan hanya sekedar agama yang mengajarkan tata cara ibadah ritual, tetapi juga agama yang mengatur semua urusan kehidupan manusia. Dalam Islam terdapat peraturan pergaulan yang melarang pergaulan bebas alias sex bebas, pacaran dan sebagainya. Sistem pendidikannya ketika diterapkan dapat mewujudkan generasi dan masyarakat yang bertakwaSistem Islam akan mampu mengendalikan itu semua dan menjadikan generasi muda, keluarga, masyarakat dan negara yang bertakwa dan berkepribadian islami. Wallahua’lam.

Terjebak Didikan Sinetron 1


Oleh: Rina Yunita

MUDA merupakan ujung tombak peradaban. Di tangan generasi muda inilah kebangkitan/kemajuan suatu peradaban dipertaruhkan. Bila generasi mudanya berakhlak mulia dan berkualitas, maka peradaban yang dihasilkan akan maju dan memiliki pemimpin yang kuat dan amanah. Namun, bila generasi mudanya rusak dan berakhlak rendah, maka peradaban yang mereka pimpin ke depannya pun akan rusak dan terpuruk. Oleh karena itu, penting bagi kita khususnya dan negara ini umumnya untuk memiliki generasi muda yang berkualitas secara pemikiran maupun moralnya agar peradaban yang dihasilkan nanti juga maju.

Sayangnya, fakta di masyarakat menunjukkan bahwa generasi muda kita yang banyak menyebutnya sebagai “ababil” alias ABG labil mulai kehilangan kualitasnya. Kita bisa melihat perbedaan antara remaja zaman dulu dengan remaja zaman sekarang. Apa perbedaannya? Remaja zaman dulu masih memegang erat aturan agama dan etika pergaulan sedangkan remaja zaman sekarang sudah mulai menjauh dari norma-norma keseharian, baik di dalam keluarga maupun masyarakat.

Hal yang demikian bisa terjadi karena banyak faktor. Salah satunya karena era globalisasi saat ini yang memungkinkan arus informasi masuk ke dalam negeri ini tanpa adanya filter. Sejalan dengan masuknya informasi dari berbagai negara, ide-ide dan gaya hidup negara-negara tersebut pun akhirnya tak terbendung lagi. Ide-ide dan gaya hidup mereka masuk dengan mudahnya melalui apa yang disebut 4F, yaitu Food, Fun, Film and Fashion. Dan ke-4F sebagai gaya hidup barat ini mudah kita dapati hari ini di rumah-rumah kita, yaitu melalui kotak elektronik alias televisi. Berbagai macam hiburan bisa kita lihat di televisi dan sinetron adalah yang paling banyak digemari disamping acara musik dan infotainment oleh generasi muda kita. Hal ini ditunjukkan dalam sebuah penelitian Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah NTT Mutiara Mauboy mengatakan sebanyak 81% anak di provinsi kepulaun itu menghabiskan waktunya setiap hari menonton televisi bersegmen hiburan dan sinetron.

Sinetron memang memiliki daya tarik luar biasa terhadap penontonnya. Penonton yang kebanyakan adalah remaja yang larut ke dalam cerita suatu sinetron, baik sinetron lokal, maupun dari luar semisal drama korea, sinetron india atau serial dari turki disadari atau tidak telah dijadikan sebagai teladan dalam menjalani kehidupan mereka. Perlu diakui bahwa perubahan ke arah yang lebih baik yang ditawarkan, dengan meninggalkan keburukan. Namun faktanya adalah perubahan kearah keburukan pun tak kalah dominan. Inilah bentuk penjajahan pemikiran yang diperkenalkan sinetron. Perhatikan saja konten sinetron-sinetron yang merajai pertelivisian Indonesia saat ini. Jika mau jujur sama sekali tidak ada sinetron yang berbau pendidikan melainkan sedikit saja. Budaya dan gaya hidup barat yang ditawarkan sinetron seperti kebebasan bertingkah laku, bergaul bebas, konsumtif, hedonis, serba permissive dan materialis sudah menjadi makanan sehari-hari. Generasi muda kita pun tanpa disadari terpengaruh dan mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam sinetron-sinetron tersebut. Mulai dari gaya bicara, berjalan, berpakaian, bergaul, sampai gaya hidup yang jauh dari norma pun diikuti hanya demi mengikuti sang idola. Hal ini akan berdampak luas bagi masyarakat terutama para generasi muda kita.

Laporkan iklan?
Komisi Penyiaran Indonesia beberapa waktu lalu memberikan teguran kepada sinetron berlatar belakang klub motor yang saat ini digandrungi oleh para remaja Indonesia yang para pemainnya ganteng dan macan (manis cantik). Teguran oleh KPI ini karena di beberapa episode penayangan 26, 27, 28, 31 Deseber 2015 dan 3 Januari 2016 terdapat adegan yang tidak layang tayang karena menayangkan kekerasan dan sensual (Bintang.com). KPI menemukan adegan seorang remaja perempuan mencium pipi pasangannya dan juga adegan perkelahian antar geng motor. Selain itu, KPI juga menemukan kata-kata negatif yang berpotensi ditiru oleh penonton yang kebanyakan remaja ini.

Masyarakat sendiri bisa melihat bahwa apa yang ditawarkan oleh sinetron-sinetron yang tayang kebanyakan menayangkan tentang percintaan, pacaran, perselingkuhan, gaya berpakaian ala barat, iri dengki, balas dendam, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu dan bahkan bisa menginspirasi para penontonnya memiliki penyimpangan sosial yang sedang marak dibicarakan seperti LGBT yang tidak layak contoh. Hal ini akan berdampak kepada para remaja yang notabenenya pada masa usia mereka membutuhkan keteladan dari banyak pihak termasuk dari media yang mereka tonton. Keteladanan ini mampu membentuk kepribadian dan akhlak para remaja. Bila teladannya saja sudah salah, maka kepribadian dan akhlak yang terbentuk pun salah. Bila yang menjadi teladan adalah tokoh sinetron, maka bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi pada remaja kita. Sifat tokoh sinetron tersebut akan menjadi pemikiran yang kemudian berpengaruh pada tingkah lakunya dan bila perilaku tersebut terbentuk menjadi kebiasaan bisa dipastikan akan sangat sulit mengubahnya.

Selamatkan Remaja dari LGBT


dakwatuna.com – Ada apa dengan LGBT? Kenapa komunitas ini menjadi perbincangan hangat dalam dunia nyata dan juga di dunia maya terutama media sosial? Pro kontra menghiasi lembaran berita berkaitan dengan semakin beraninya pengagum sejenis ini untuk memproklamirkan diri secara terang-terangan. Siapa gerangan LGBT itu dan hubungannya dengan remaja kita? Bagaimana kita seharusnya menyikapinya sehingga tidak memunculkan polemik. Dalam artikel yang sederhana ini penulis mencoba untuk berbagi untuk mencari solusi dalam menyelamatkan remaja di negeri ini.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menjelaskan, LGBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender“. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas gay, karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan keanekaragaman “budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan gender“.

Belakangan ini berbagai usaha untuk mengampanyekan keberadaan komunitas LGBT sangat masif dilaksanakan melalui media massa terutama media sosial. Dengan simbol avatar (bendera pelangi) mereka menyebarkan misinya untuk mendapatkan simpati. Bendera warna-warni ini mencerminkan keberagaman dalam komunitas LGBT dan lambang penyatuan komunitas. Publikasi bendera pelangi ini menjalar begitu dahysatnya menyentuh ruang publik sehingga menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Banyak di antara mereka yang menolak keras namun tidak sedikit juga yang memahami dan menerima kehadiranya. Berlindung di bawah payung Hak Asasi Manusia, komunitas ini menyakinkan publik bahwa prilaku ini merupakan pilihan pribadi yang harus dilindunggi. LGBT semakin berenergi dan memiliki semangat tinggi ketika usaha mereka mendapat dukungan dari oknum penggiat hak azazi manusia dan tokoh Liberal Indonesia seperti Ulil Abshar Abdillah

Berbagai komentar yang dikeluarkan tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) ini secara terang benderang mengakui dan membela LGBT melalui twitternya. Banyak netizen yang menolak kicau Ulil dan mengangganya tidak mengetahui persoalan ini secara mendalam. Memang, iya! Mencaci, mengucilkan dan menyakiti fisik kaum gay merupakan salah satu bentuk pelanggararan HAM. Namun justru membiarkan, memfasilitasi dan bahkan mendukung kelompok ini justru telah melanggar HAM berat karena telah menjerumuskan seseorang pada kemaksiatan dan kehancuran. LGBT tidak hanya persoalan pilihan hidup dan orientasi seks berbeda semata namun menyangkut kemaslahatan pribadi pelaku dan masyarakat luas. Makanya, menyikapi persoalan ini harus dengan pikiran jernih dan hati bersih sehingga melihat persoalan ini tidak secara parsial (sepotong) namun secara universal (menyeluruh) dengan pendekatan agama.

Keberanian LGBT menyatakan identitasnya di negeri ini seiringan dengan telah disahkannya Undang- undang yang “ menghalalkan “ pernikahan sejenis ini di negeri Sam (Amerika) dan kemudian menjalar ke beberapa negara Eropa. Itu sebabnya di negeri ini, pencinta sesama jenis ini juga menuntut agar keberadaannya dihormati dan dilindunggi undang-undang. Berbagai gembrakan berani dilakukan kelompok ini seperti peresmian pernikahan homo di sebuah hotel di Bali. Foto-foto pernikahan pasangan ini tersebar di dunia maya, berlatar prosesi akad di hadapan seorang tokoh agama. Berselang beberapa hari setelah itu terbetik kabar syukuran atas pernikahan pasangan sejenis di Boyolali Jateng. Yang lebih mengejutkan lagi, seperti yang dilansir oleh Harian Metro Padang, pasangan homo di Jati Padang Timur akan melangsung pernikahan dengan memanfaatkan momen valentines day. Beruntung aqad ini tidak jadi dilangsungkan karena terbongkarnya kebohongan identitas mempelai laki-laki yang ternyata seorang wanita.

Pandangan Agama Dunia

Semua agama mengharamkan praktek hubungan cinta sejenis. Tidak ada satupun agama yang melegalkan perilaku yang menyimpang ini. Islam sebagai agama fitrah sangat tegas mengatakan bahwa LGBT merupakan prilaku menyimpang yang harus dijauhi. Makanya, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram LGBT karena bertentangan dengan fitrah kemanusian dan nilai pernikahan. MUI berharap agar orang yang telah terlanjur melakukan praktek ini untuk kembali ke jalan yang benar dengan meninggalkan perbuatan umat nabi Luth tersebut.

Allah SWT berfirman: “Dan (kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’ Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita,…” (Q.S. Al-A’raaf: 80-81). Sejarah mengabarkan negeri Sodom hancur lebur karena azab dahsyat yang tak tertahankan atas penyimpangan seksual yang dilakukan penduduk tersebut. Umat Nabi Luth itu tidak menyahut seruan Nabinya untuk meninggalkan perbuatan bejat ini hingga azab menghampiri penduduk dan menghancurkan negeri tersebut.

Menyelamatkan Remaja

Kebanyakan dari penyuka sejenis ini adalah para remaja. Mereka terjebak dengan cinta terlarang ini disebabkan banyak faktor. Di samping potensi menyimpang itu dibawa semenjak lahir, pergaulan dan pertemanan sangat menentukan akan pengembaraan cintanya tersebut. Makanya harus ada usaha maksimal dari berbagai pihak untuk menyelamatkan remaja dari bahaya virus LGBT. Sebab, remaja adalah aset bangsa yang harus dijaga. Adapun usaha yang dapat dilakukan adalah, pertama, negara harus membuat Undang-undang yang jelas dan tegas berkaitan dengan LGBT. Pemerintah harus menyelamatkan rakyatnya dari virus LGBT yang bahayanya sangat dahsyat. Pemerintah tidak boleh memberi peluang untuk berkembangnya LGBT demi menyelamatkan para remaja.

Kedua, pemuka agama bertanggung jawab atas keselamatan umatnya. Ulama harus membimbing dan membina umatnya agar terjauh dari prilaku yang menyimpang. Bagi yang telah terlanjur basah dalam dunia ini maka pendekatan pribadi dan dengan dakwah yang menyetuh merupakan solusi nyata dalam menyelamatkan remaja dari bahaya LGBT. Ulama dan para dai harus melakukan perannya secara hikmah dan bijaksana sehingga dakwah-dakwahnya mencerahkan dan berbuah hidayah.

Ketiga, orang tua dan guru juga memiliki peran penting mengantisifasi terjadi prilaku yang menyimpang ini. Orang tua, sosok orang yang paling dekat dengan anaknya tentu mengetahui keadaan buah hatinya. Apakah anaknya aman dari penyakit LGBT atau justru bibit itu sudah kelihatan semenjak kecil. Maka dengan penuh kasih sayang ayah bunda harus mampu menanamkan nilai-nilai agama pada anaknya sebagai benteng kokoh dalam melindunggi dirinya dari prilaku itu disamping juga menjaga pergaulan anaknya. (dakwatuna.com/hdn)

Monday 29 February 2016

PROPOSAL TESIS: STRATEGI PEMBELAJARAN PAI DI LUAR JAM PELAJARAN SEBAGAI LABORATORIUM SOSIAL DI SMK MUHAMMADIYAH 1 JAKARTA

PROPOSAL TESIS
STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LUAR JAM PELAJARAN SEBAGAI LABORATORIUM SOSIAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK MUHAMMADIYAH 1 JAKARTA


 TUGAS UAS DARI MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN
DOSEN: PROF. RAIHAN
DISUSUN OLEH:
TAMIM HAMZAH
NIM: 5115013
                                                        


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2016



ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan dan hasil dari strategi pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di luar jam pelajaran sebagai laboratorium sosial dan juga untuk mengetahui proses pengawasan dan penilaian pembelajaran pendidikan agama di luar jam pelajaran sebagai laboratorium sosial di SMK Muhammadiyah 1 Jakarta. Penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, maupun pencatatan dokumen secara sistematis. Selain itu juga diterapkan disain penelitian dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan pencatatan dengan sistematis tentang fenomena- fenomena yang diselidiki. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan di luar jam pelajaran merupakan kegiatan keagamaan dalam rangka mengaktualisasikan pendidikan agama yang dilakukan di dalam jam pelajaran.
Pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan di luar jam pelajaran seperti shalat dzuhur berjamaah, shalat jumat, shalat tarawih satu bulan penuh, pelatihan membaca al-Qur’an bagi siswa yang mengalami kesulitan atau tidak dapat membaca al-Qur’an dengan lancar, kantin kejujuran, zakat fitrah, qurban dan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) sangat mendukung program pembelajaran keagamaan yang dilakukan secara formal, sehingga siswa mampu mengaplikasikan pendidikan agama Islam dengan baik dan benar. Pempelajaran pendidikan agama Islam di luar jam pelajaran menggunakan pendekatan kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), yaitu kurikulum yang pelaksanaannya di luar kurikulum yang telah distrukturkan dalam pelajaran atau PBM di dalam kelas. Juga menggunakan belajar aktif (active learning), di mana siswa melaksanakan kegiatan keagamaan dengan penuh tanggung jawab dan aktif serta kreatif.
Faktor pendukung pembelajaran pendidikan agama di luar jam pelajaran yaitu, siswa yang relatif pintar karena proses penerimaaan dilakukan dengan cara yang cukup selektif, dukungan sekolah dan orang tua serta infrastruktur yang memadai. Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi guru pendidikan agama Islam dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama Islam di luar jam pelajaran adalah masih adanya pembedaan pelajaran yang di-EBTANAS-kan dengan pelajaran yang tidak di-EBTANAS-kan sehingga terkadang dalam penerapannya di lapangan pelajaran agama selalu dinomorduakan.    
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Alhamdulillah sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan Allah subhanahu wata’ala sehingga proposal tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan target. Pembahasan tesis ini adalah pengungkapan dan penemuan tentang sistem pembelajaran PAI di SMK Muhammadiyah 1 Jakarta sebagai salah satu sekolah swasta di bawah lembaga Muhammadiyah. Dalam penyelesaian proposal tesis ini tidaklah semudah pembalikan telapak tangan. Banyak kendala dan kesulitan yang bersifat teknis serta kendala akademis yang ditemukan, misalnya kesibukan subjek penelitian sebagai informan, sulitanya untuk dokumentasi lebih dalam kepada pihak sekolah, sulitnya pemenuhan tingginya frekuensi pelaksanaan observasi peran serta secara mendalam pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan penyesuaian antara idealitas hasil penelitian dengan realitas di lapangan. 
Dengan kenyataan tersebut disadari bahwa penelitian ini belum sempurna dan butuh perbaikan secara akademis terutama pada pendalaman observasi yang perlu ditingkatkan. Walaupun demikian dalam penyelesiain proposal tesis ini dibutuhkan pengorbanan dengan ditinggalkannya aktivitas lain yang tak kalah penting untuk tetap fokus pada penelitian agar tesis selesai sesuai target pada bulan Februari. Oleh karena itu, dari pengorbanan dan jerih payah dalam penyelesaian proposal tesis ini maka besar harapan agar tesis ini dapat bermanfaat baga siapa saja yang peduli kepada perkembangan ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan jujur (tanpa plagiarisme) walaupun masih ada banyak kekurangan dan kelemahan yang ada pada proposal tesis ini, serta diterima sebagai tesis sesungguhnya ke depan.
Untuk yang terakhir kalinya, penulis berdoa semoga amal kebaikan dari berbagai pihak  diperoleh pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Serta semoga karya tulis ini menjadi manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Aamiin.
Bekasi, 12 Februari 2016
                                                                       
                                                                                    Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah
Fenomena dekadensi moral di kalangan remaja termasuk kalanganpara siswa, akhir-akhir ini telah meresahkan para guru dan orang tua.Fenomena tersebut dapat dilihat mulai dari tindakan kekerasan antar remajaatau siswa, minuman keras, narkoba, hingga hubungan sex di luar nikah.Sekolah yang semestinya menjadi lembaga yang mampu membina moral danahlak siswa, justru pada beberapa kasus menjadi ajang transit kejahatanremaja. Tentu saja, guru sering dijadikan kambing hitam sebagai pihak yangpaling bertangung jawab atas munculnya wabah dekadensi dimaksud.

Banyaknya kenakalan remaja/siswa yang mengakibatkan dekadensimoral, sekolah sering dituntut untuk bertanggung jawab dengan keadaan itu.Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan tidak hanya sebagaitempat untuk memperoleh ilmu pengetahuan saja, tetapi juga diharapkandapat memberi bekal yang cukup dalam membentuk kepribadian siswa yangtangguh dalam menghadapi era globalisasi. Baca selengkapnya Di Sini

"Wahabi", Black propaganda dan aroma "Syiah Rafidhah"


"Wahabi", Black propaganda dan aroma "Syiah Rafidhah"

(Arrahmah.com) – Di pojok kawasan Tebet, bermarkas sebuahmedia online, namanya Merdeka.com. Media apa ini ya? Ia media online umum yang memuat aneka macam berita, mulai dari politik, kasus sosial, gossip artis, gaya hidup, olah-raga, otomotif, bisnis, dan lain-lain. Pokoknya sejenis media online umum, tanpa ciri keislaman tertentu.

Tetapi anehnya, media online yang koordinator liputannya bernama Anwar Khumaini ini sepertinya memiliki kavling khusus untuk membahas isu-isu seputar “Wahabi” dari perspektif orang-orang yang anti “Wahabi”. Banyak artikel yang berbicara tentang isu “Wahabi” dengan nada nyinyir, ketus, stigmatif, dan semacam black propaganda.

Uniknya, berita-berita instan dari Merdeka.com men jadi rujukan banyak orang untuk memandang isu “Wahabi”. Dalam sebuah perdebatan dengan seorang penganut Syiah, dia merujuk berita dari situs online itu. Di forum FB ada yang memberikan link ke sumber yang sama. Melalui email juga ada yang memberikan link ke situs tersebut.

Di sini terasa dilematik. Kalau kita anggap besar situs Merdeka.com ini, nanti akan menjadi promo tersendiri. Tetapi kalau didiamkan saja fitnah-fitnah atau black propaganda yang disebarkan, itu juga tidak benar. Mungkin sekali waktu kita perlu mengingatkan kaum Muslimin akan bahaya situs “recehan” semacam ini.

Salah satu artikel yang dimuat dalam situs itu judulnya: “Persekongkolan Bedebah Wahabi dan Bani Saud.”Dari model judulnya saja, kita bisa mencium aroma permusuhan layaknya kaum Syiah Rafidhah di balik tulisan ini.

Syiah Rafidhah dunia memang merasa perlu untuk memerangi dakwah Salafiy sebab mereka ini dianggap sebagai musuh paling sengit bagi Syiah Rafidhah. Agenda Syiah Rafidhah untuk menguasai negeri-negeri Muslim akan selalu terhalang, selama masih bercokol “Wahabi” disana.

Sayyid M. Saidi, seorang tokoh Syiah Iran, pernah terus-terang menunjukkan kebenciannya kepada “Wahabi”. Dia mengatakan: “Kami menghormati semua mazhab Islam kecuali Wahabi karena mereka menentang dialog ilmiah, logis dan argumentatif. Mereka membunuh Muslim tak berdosa dan merusak masjid-masjid dengan mengatasnamakan Islam. Pesan kami kepada kaum Wahabi adalah jika mereka memiliki dalil untuk membuktikan kebenaran mereka, maka sampaikan kepada orang lain sesuai dengan logika, prinsip-prinsip, dan argumentasi, bukan dengan radikalisme dan pembunuhan massal.” (hidayatullah.com, 23 September 2013).

Omongan sejenis ini kan tidak ada buktinya kalau dikaitkan dengan tulisan-tulisan stigma yang terus diproduksi oleh kaum Syiah seputar isu “Wahabi dan Saudi”.

Secara teori, mereka seperti pro dialog ilmiah dan argumentatif; tetapi secara kenyataan mereka menghalalkan penghancuran Ahlus Sunnah secara massif di negeri-negeri Muslim, seperti di Iran, Iraq, Suriah, Afghanistan, dan lain-lain.

Sayyid Husein Al Mausawi, tokoh ulama Syiah yang bertaubat, mereka bunuh. Dr. Ihsan Ilahi Zhahir asal Pakistan yang sangat anti Syiah, juga mereka bunuh. Banyak ulama/da’i Ahlus Sunnah juga mereka bunuh, pasca Revolusi Khomeini tahun 1979.

Kembali ke artikel Merdeka.com di atas. Di sana dijelaskan beberapa poin, antara lain:

Muhammad bin Abdul Wahhab (sering dinisbatkan pendiri “Wahabi”) oleh gurunya disebut bodoh, arogan, suka melawan; Muhammad bin Abdul Wahhab menjalin aliansi dengan Muhammad bin Saud, aliansinya berlaku sampai sekarang; Kerajaan Saudi menyokong penyebaran dakwah “Wahabi” US$ 2 miliar setiap tahun; dan menyebutkan beberapa pendapat sumir dari sebagian ulama-ulama “Wahabi”.

Gaya tulisan demikian persis sekali seperti model tulisan Idahram lewat buku-bukunya. Tidak ada niat dialog atau diskusi, selain menyebarkan propaganda hitam belaka.

Nanti ujungnya mempromokan akidah Syiah Rafidhah; supaya umat manusia kembali ke zaman penyembahan manusia kepada manusia lainnya (baca: imam dan ulama Syiah), setelah Allah anugerahkan Tauhid kepadanya. Na’udzubillah wa na’udzubillah min dzalik.

Pendapat-pendapat yang sumir harus dilihat konteksnya secara lengkap, tidak bisa “main crop” begitu saja. Ada kaidah yang berlaku, bahwa pendapat yang mengandung syak (keraguan) harus dipulangkan ke pendapat yang tsabit (teguh).

Kemudian tentang tuduhan bahwa Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah itu bodoh, arogan, keras kepala. Ya, tergantung siapa yang memandang. Seorang ulama biasanya gurunya banyak; bisa puluhan, bisa ratusan. Kalau ada satu guru yang mencela, mungkin guru-guru yang lain memuji.

Lalu aliansi Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Muhammad Al Saud pada tahun 1744 terus berlaku sampai sekarang. Hal ini dipertanyakan, sebab Kerajaan Saudi itu sifatnya jatuh-bangun hingga tiga kali.

Ketika Saudi Jilid I dilenyapkan, maka semua perjanjian yang berlaku saat itu otomatis berakhir. Begitu juga ketika Saudi Jilid II dilenyapkan, maka perjanjian-perjanjian di dalamnya juga berakhir.

Sebenarnya, dukungan Kerajaan Saudi kepada dakwah “Wahabi”, hal ini semata karena kesadaran mereka saja (atau pertimbangan politik karena melihat besarnya pendukung dakwah Salafiy di Saudi). Jadi tidak mesti dikaitkan dengan aliansi 1744 tersebut, sebab bukan rahasia lagi bahwa seringkali terdapat perbedaan persepsi antara ulama “Wahabi” dengan kebijakan kerajaan.

Sedangkan nilai dukungan Kerajaan Saudi hingga US$ 2 miliar (setara Rp. 18 triliun) per tahun; ya itu perlu dijelaskan kalkulasi keuangannya secara rinci, tidak bisa “main teplok” begitu saja.

Mungkin situs Merdeka.com mau berbagi kepada masyarakat tentang kalkulasi keuangan yang mereka ketahui. Termasuk juga mereka perlu membuat perbandingan kalkulasi keuangan anggaran-anggaran dari Iran untuk membiayai dakwah Syiah Rafidhah di Indonesia. Kalau mau fair, begitu kan?  

Ya akhirnya, black propaganda seputar dakwah “Wahabi” ini perlu kita jawab dengan komitmen “Laa ilaha illallah” yaitu untuk menghidupan peradaban Tauhid dan membersihkan dunia dari segala bentuk paganisme (kemusyrikan); dan “Muhammad Rasulullah” yaitu menghidupkan Sunnah Nabi Saw dan menjauhi ajaran-ajaran bid’ah yang berpotensi merusak Sunnah-nya. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.*

AM Waskito, penulis buku “Bersikap Adil Kepada Wahabi”

 (hidayatullah.com/arrahmah.com)